7 Jenis  Belajar yang Wajib Dipahami

7 Jenis Belajar yang Wajib Dipahami


Dalam prakteknya belajar terbagi ke dalam beberapa model atau jenis yang mesti diketahui oleh para pendidik. Tujuan mengetahui beberapa jenis belajar ini agar pendidik memahami dan mampu mencapai tujuan dari belajar yang dilakukan. Apa saja jenis-jenis belajar tersebut? Berikut penjelasannya.

1. Belajar Bagian (part learning, factioned learning)
Pada kebanyakan kasus, belajar bagian dilakukan oleh seseorang apabila ia berhadapan pada materi belajar yang sifatnya sangat luas atau ekstensif, seperti ketika mempelajari sebuah sajak ataupun gerakan-gerakan seperti yang ada pada gerakan pencak silat. Pada hal ini individu akan memecah seluruh materi pelajaran menjadi beberapa bagian yang satu sama lain beridiri sendiri. Sebagai lawan dari belajar bagian ini sendiri adalah cara belajar keseluruhan atau belajar secara global.

2. Belajar dengan Wawasan (learning by insight)
Konsep belajar yang satu ini dikenalkan oleh salah seorang ilmuan pada permulaan tahun 1971 yaitu seorang tokoh psikologi terkenal Gestalt yang bernama W. Kohler. Konsep ini adalah sebagai suatu konsep, wawasan (insight) ini adalah pokok penting dalam pembicaraan psikologi belajar serta proses berpikir. Dan kendatipun W. Kohler sendiri dalam penerangan wawasan berujuk pada data yang bersifat tingkah laku (perkembangan yang lembut dalam hal menyelesaikan suatu persoalan dan kemudian terjadi reorganisasi pada tingkah laku) akan tetapi tidak urung bahwa pemahaman ini atau wawasan ini merupakan suatu konsep yang secara prinsipil ditolak oleh penganut aliran neo-behaviorisme.

Baca juga : 4 Fungsi Minat Dalam Belajar

Menurut pandangan Gestalt teori wawasan adalah proses mereorganisasi kembali pola-pola tingkah laku yang sudah terbentuk sebelumnya menjadi tingkah laku yang memiliki hubungan dengan penyelesaian suatu persoalan. Sedangkan bagi kaum yang menganut aliran neo-behaviorisme (yaitu C.E Osgood) beranggapan bahwa wawasan adalah sebagai bagian dari bentuk atau wujud dari asosiasi stimulus-respons (S-R). Jadi, masalah bagi para penganut aliran neo-behaviorisme ini justru bagaimana menerangkan reorganisasi pola-pola pada tingkah laku yang berhubungan erat dengan penyelesaian suatu persoalan. Pada pertentangan ini mungkin jawaban yang memuaskan yang dikemukakan oleh G.A Miller, yang mana menganjurkan behaviorisme subjektif. Menurut pandangannya wawasan berangkali adalah kreasi dari “rencana penyelesaian” (meta program) yang mengontrol rencana-rencana subordinasi lain (pola tingkah laku) yang sebelumnya memang telah terbentuk.

3. Belajar Diskriminatif (discriminatis learning)
Adalah sebuah tindakan dalam memilih beberapa situasi yang kemudian menjadikannya sebagai suatu pedoman dalam hal bertingkah laku. Dengan pengertian ini maka dalam eksperimen, subyek akan diminta untuk memberi respon yang berbeda-beda terhadap situasi/stimulus yang berlainan.

4. Belajar Keseluruhan (global whole leraning)
Pada bagian ini pelajaran dipelajari secara menyeluruh dan berulang sampai pelajar dapat menguasainya. Jenis belajar ini adalah lawan dari belajar bagian/part learning. Pada kebanyakan metode ini sangat sering sekali disebut sebagai metode Gestalt.

Baca juga : 6 Macam Metode Pembelajaran Guru Wajib Tahu

5. Belajar Insidental (incidental learning)
Kosnep belajar insidental ini berlawanan dengan anggapan  bahwa belajar itu selalu berarah-tujuan (intensional). Karena dalam belajar jenis ini individu tidak sama sekali memiliki keinginan untuk belajar. Atas dasar itulah maka untuk kepentingan penelitian, disusunlah perumusan operasional sebagai berikut : belajar dikatakan insidental jika tidak ada instruksi atau petunjuk yang diberikan kepada individu terkait materi belajar yang hendak diujikan nantinya. Pada kehidupan sehari-hari belajar insidental ini merupakan suatu hal yang teramat penting. Oleh sebab itu di antara para ahli belajar, insidental ini merupakan bahan pembicaraan yang begitu menarik untuk diperbincangkan, khususnya sebagai bentuk belajar yang bertentangan dengan belajar intensional. Dari salah satu penelitian ditemukan bahwa belajar insidental (jika dibandingkan dengan belajar intensional), jumlah frekuensi materi belajar yang diperlihatkan tidaklah memegang peranan yang penting, prestasi individu menurun dengan meningkatnya motivasi.

6. Belajar Instrumental (instrumental learning)
Pada belajar ini, reaksi-reaksi seorang siswa yang diperlihatkan diiringi oleh tanda-tanda yang merujuk pada apakah siswa tersebut akan mendapat hadiah, hukuman, berhasil atau gagal. Oleh sebab itu cepat atau lambatnya seseoarng dalam belajar dapat diatur dengan cara memberikan penguat (reinforcement) atas dasar tahap-tahap kebutuhan. Dalam hal ini maka salah satu dari bentuk belajar instrumental yang spesifik adalah “pembentukan tingkah laku”. Di sini individu diberi hadiah bila ia bertingkah laku sesuai dengan apa yang dikehendaki, dan begitu pula sebaliknya ia akan mendapat hukuman jika memperlihatkan tingkah laku yang tidak sesuai dengan apa yang dikehendaki. Sehingga pada akhirnya terbentuklah tingkah laku tertentu.

7. Belajar Laten (laten learning)
Dalam belajar jenis ini, segala perubahan tingkah laku yang terlihat terjadi secara spontan atau segera, dan oleh sebab itu disebut laten. Selanjutnya percobaan yang dilakukan terhadap mengenai belajar laten tersebut, menimbulkan pembicaraan hangat di kalangan penganut behaviorisme, terlebih mengenai peranan factor penguat (reinforcement) dalam belajar.

Rupanya penguat dianggap oleh penganut behaviorisme ini bukan factor atau kondisi yang mesti ada dalam belajar. Dalam penelitian terkait ingatan, belajar laten ini memang diakui keberadaannya yaitu dalam bentuk belajar insidental.

Baca juga : Semangat Belajar Siswa Menurun? Begini Cara Memomotivasinya
                   Lakukan 4 Hal Ini Dijamin Anda Akan Memiliki Wawasan yang Luas

0 Response to "7 Jenis Belajar yang Wajib Dipahami"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel