Pentingya Memiliki Kecerdasan Ganda Bagi Guru
Sekarang ini, kepedulian dari masyarakat terhadap pendidikan sudah semakin meningkat. Bisa kita lihat pada ratusan artikel yang sering dimuat pada surat kabar, majalah, atau pada artikel yang diposting di internet tentang bagaimana agar meningkatnya pendidikan.
Hal yang paling sering dibicarakan orang adalah tentang upaya melejitkan potensi diri dan menumbuhkembangkan pendidikan yang memiliki keseimbangan antara imtak dan imtek. Misalnya dengan tema mengembangkan kecerdasan ganda, IQ, EQ, maupun SQ.
Konsep-konsep tersebut selanjutnya diadobsi dalam lingkungan ranah pendidikan formal yaitu sekolah dan lingkungan keluarga. Akan tetapi, teori dan konsep tentang kecerdasan ganda lebih banyak terarah pada anak-anak dan para siswa yang ada di sekolah. Hal itu sengaja dirancang dengan berbagai program dan pelatihan yang disertai dengan segudang resep agar mereka dapat memiliki kecerdasan ganda.
Melakukan penerapan konsep kecerdasan ganda di sekolah memang dianggap sebagai langkah yang tepat. Akan tetapi, kebijakan tersebut akan bercuma jika guru-guru justru tidak memiliki kecerdasan ganda. Bagaimana guru bisa memosisikan perannya sebagai motivator, edukator, dan konselor jika kepandaian mereka justru berada di bawah muridnya?
Di banyak sekolah, kebanyakan guru-guru hanyalah memiliki kecerdasan tunggal, itupun hanya menguasai pelajaran mereka alakadarnya. Sehingga di pandangan siswa bahwa guru seperti itu hanyalah guru yang biasa-biasa saja. Motivasi yang guru tersebut berikan kepada siswa pun hanya biasa-biasa saja.
Namun bila ada guru yang mempunyai beberapa kecerdasan lain selain dariapda menguasai mata pelajarannya, juga akan mendapat cap lain dari siswa, seperti guru yang pintar berpidato, melek computer, memiliki kepribadian yang menyenangkan, ramah dan disiplin, guru yang sedemikian itu sudah tentu akan mendapat tempat yang spsesial di hati anak didiknya.
Guru dengan kecerdasan ganda sama labelnya dengan guru yang profesional atau guru yang berkualitas. Guru tersebut adalah guru yang mempunyai karakter cerdas, kognitif yang baik, efektif, maupun psikomotoriknya. Akan tetapi, populasi guru yang sedemikian tidaklah banyak. Namun, jika setiap guru mempunyai motivasi, keinginan, dan usaha, tentu saja untuk memiliki kecerdasan ganda bukanlah suatu hal yang sulit.
Selaku seorang guru, sama halnya sebagaimana kaum remaja, juga ada yang terperangkap dalam budaya instan, budaya menginginkan hasil melimpah dan serba cepat akan tetapi pelaksanaan untuk mendapat hasil tersebut sangatlah minim. Budaya instan pastinya harus dijauhi. Pun demikian dengan floating thinking (pikiran mengambang), budaya yang senang melakukan rekayasa, serta berlomba-lomba pamer penampilan, senang mengambil barang kredit, menggosip, ABS (Asal Bapak Senang), otoriter, suka membentak-bentak serta hedonis.
Ternyata dunia pendidikan kita lebih banyak merefleksikan budaya-budaya di atas tadi.
Mestinya guru-guru punya paradigma untuk menjadi guru yang bermartabat dan profesional. Paradigm tersebut akan bsia diacapai jika para guru mengembangkan potensi diri. Misalnya dengan memiliki kecerdasan ganda. Agar guru bisa memiliki kecerdasan ganda maka perlu memiliki sense of art, serta mengembangkan kemampuan berbahasa, baik secara lisan maupun tulisan. Juga harus melibatkan diri dalam pergaulan, memiliki banyak teman, mengikuti organisasi, serta melaukan korespondensi.
Selain itu, guru juga penting untuk memahami prinsip “go back to the nature” , meimiliki kepedulian yang tinggi kepada alam dan lingkungan. Mereka juga harus melakukan rekreasi dan merasakan langsung betapa alam ciptaan Tuhan itu begitu indah dan menyegarkan serta membuat pikiran tenang.
Mempraktekkan konsep kecerdasan ganda sangatlah bermanfaat terhadap pegembangan diri. Oleh sebab itu, konsep tersebut haruslah dilaksanakan sejak dini, tidak usah menunggu hari esok. Terkait hal itu, ada beberapa resep yang diberikan oleh Agus Nggermanto. Ia mengatakan bahwa untuk memiliki kecerdasan ganda, maka setiap guru hasruslah menerapkan konsep multi-inteligensi. Yang mana konsep tersebut mencakup tiga unsur, intelligent quotient (kecerdasan otak), emotional quotient (kecerdasan emosi), dan spiritual quotient (kecerdasan spiritual).
Kecerdasan otak mencakup unsur logika (matematika) dan linguistic (verbal atau bahasa). Kecerdasan emosional meliputi unsur interpersonal dan intrapersonal. Kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk menghayati dan melakukan pengabdian diri kapada Sang Pencipta.
Jika guru telah memahami konsep kecerdasan ganda, maka haruslah mengembangkan karakter-karakter positif, seperti membiasakan untuk berpikir secara positif.
0 Response to "Pentingya Memiliki Kecerdasan Ganda Bagi Guru"
Post a Comment