Jangan Siksa Otak Anda Sejak Waktu Sarapan

Jangan Siksa Otak Anda Sejak Waktu Sarapan


Sebenarnya, menu sarapan tradisional yang kaya dengan kandungan zat gula, di banyak Negara tidak muncul secara kebetulan. Meskipun bentuk penyajian menu makan pagi itu berbeda-beda satu sama lain, tetap ada titik temu yang memadukannya. Yaitu, menu sarapan harus cukup mengandung "bahan bakar” untuk mendukung kerja otak sepanjang pagi. Meskipun zat gula dan lemak merupakan “bahan bakar” yang dapat saling bertukar posisi sesuai dengan anggota tubuh yang ada, tetapi sistem saraf kita tetap tidak dapat menerima pasokan bahan selain zat gula.

Pada pagi hari, setelah tidur malam berlalu, tubuh manusia telah mnguras zat gula candangan dalam organ hati/liver. Jadi, salah satu manfaat sarapan pagi adalah untuk mengembalikan kebutuhan otak akan pasokan zat gula dan menyediakan cadangan gula yang baru untuk digunakan pada malam selanjutnya.

1. Kamar Mandi; 2. Sarapan Pagi
Tubuh kita tidak mungkin dapat merasakan lapar hanya dalam tempo setengah jam setelah kita bangun tidur pada pagi hari. Oleh sebab itu, hendaknya Anda mandi terlebih dahulu sebelum melakukan sarapan pagi. Jika Anda melakukan itu, maka selera makan Anda pasti bangkit perlahan-lahan, tak terkecuali bagi mereka yang enggan mengonsumsi makanan apapun pada pagi hari.

Selain itu, hendaknya Anda mengisi masa jeda antara waktu tidur dan waktu keluar untuk menyonsong alam, dengan ketenangan dan ketentraman. Jangan Anda isi waktu penting itu dengan menyaksikan televisi, mendengarkan radio, atau mendengarkan perdebatan.

Baca Juga

Zat Gula, Teman atau Lawan?
Ketika dicerna dan diserap oleh tubuh, zat gula akan memasukkan glukosa ke dalam tubuh kita, glukosa adalah satu-satunya jenis zat gula yang dapat diterima oleh otak kita.

Pada saat itu, glukosa masuk ke dalam sistem peredaran darah kemudian merangsang munculnya hormon insulin. Hormon inilah yang dikeluarkan oleh pankreas dan dianggap sangat penting bagi proses masuknya glukosa ke dalam sel-sel tubuh. Hormon insulin akan menumpuk kandungan zat gula yang berlebih  ke dalam “sel-sel lemak” dalam bentuk lemak. Dengan bentuk seperti ini, zat gula akan memakan tempat yang lebih sedikit.

Proses masuknya glukosa ke dalam darah secepat dihasilkan oleh zat gula “yang cepat terbakar”, yang terkandung di dalam makanan. Hal itu akan menyebabkan keluarnya hormon insulin dalam jumlah besar sehingga aliran glukosa tersebut berlangsung dengan sangat baik.

Insulin akan mengalirkan zat gula dengan sangat cepat ke seluruh bagian tubuh pada waktu yang tepat. Rasa lapar bisa muncul dengan cepat akibat glukosa yang digunakan secara tepat. Sebab, sel-sel saraf sudah kembali lapar. Hal itu membutuhkan lagi pasokan zat gula yang bisa cepat “terbakar”. Demikianlah seterusnya.

Ketika daur itu terus berulang, sementara hormon insulin yang dikeluarkan pankreas sangat sudah banyak, otomatis organ ini mulai merasa lelah dan mengurangi insulin yang dikeluarkannya. Jika hal itu terjadi maka zat gula (yang belum terserap oleh sel-sel tubuh) akan tersisa di dalam darah dalam jumlah yang sangat besar tanpa pernah bisa masuk ke dalam sel-sel tubuh dengan baik. Beberapa tahun kemudian, buruknya pola penggunaan gula seperti itu tentu akan menyebabkan munculnya penyakit gula (diabetes mellitus).

Di sisi lain, jika glukosa dapat mencapai darah secara perlahan (karena konsumsi makanan yang kaya zat gula “yang lambat terbakar”) maka proses keluarnya insulin akan menjadi stabil: otak tentu akan menggunakan glukosa sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Jika glukosa yang ada ternyata tidak cukup maka tubuh akan menggunakan lemak cadangan yang dilepaskan oleh-sel-sel lemak.

Related Posts

0 Response to "Jangan Siksa Otak Anda Sejak Waktu Sarapan"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel