Kembalilah Mengonsumsi Bahan Pangan Alami

Kembalilah Mengonsumsi Bahan Pangan Alami



Gen manusia tumbuh secara perlahan. Hal ini juga terjadi pada kinerja otak kita sejak jutaan tahun lalu. Gen manusia terus beradabtasi secara logis melalui persesuaian antara kebutuhan kita dengan sesuatu yang ditemukan nenek moyang kita dahulu. Jadi, pertumbuhan gen manusia memang sudah lama berhubungan secara langsung dengan bahan makanan yang ada. Kita juga selalu dibekali oleh otak dengan “daftar kebutuhan” agar ia dapat bekerja dengan baik.

Otak tampaknya telah memiliki peta sendiri dalam “daftar kebutuhan” itu sejak kita dilahirkan. Hanya saja, kita terus mengonsumsi berbagai makanan “baru” hingga sari makanan tersebut tidak tahu lagi harus melakukan tugas apa di dalam tubuh kita. Sebagaimana kita ketahui bersama, makanan yang kita konsumsi saat ini sudah jauh berbeda dengan hidangan manusia purba dahulu.

Untuk mempermudah memahami masalah ini mari kita gunakan analogi berikut.

Alat penggiling gandum yang bergerak melalu kincir angin, tentu tidak mungkin digerakkan dengan aliran air. Hali ini serupa dengan kompor listrik yang tidak mungkin dinyalakan dengan menggunakan gas
.
Jadi, mengapa otak kita terus disuguhi dengan berbagai jenis bahan bakar yang sama sekali tidak berguna baginya?

Apa yang Biasa Dimakan Manusia Prasejarah?

Jawabannya adalah, “apa saja yang meraka temukan!” Manusia prasejarah  biasa mengonsumsi buah-buahan, tumbuh-tumbuhan, dan buah jenis anggur-angguran yang tumbuh di darat, secara langsung sesaat setelah dipetik tanpa menunggu beberapa saat atau mengolahnya terlebih dahulu.

Sejak 55 juta tahun yang lampau (dalam rentang waktu 20 juta tahun), manusia prasejarah hidup di daratan yang banyak ditumbuhi oleh barbagai jenis pohon berbuah. Buah-buahan tersebut menjadi sumber berbagai macam vitamin dan zat-zat gizi yang berfungsi untuk melindungi tubuh. Karena sedemikian banyaknya pasokan vitamin C pada masa prasejarah itu, sampai-sampai tubuh kita tidak sempat belajar (atau bisa jadi telah lupa) bagaimana memproduksi vitamin C di dalam tubuh.

Fenomena ini juga ditunjukkan oleh kedua rahang nenek moyang kita yang telah berbentuk untuk siap memamah jenis makanan seperti itu. Gigi yang  mereka miliki pun mampu mengunyah dengan mudah berbagai macam kacang-kacangan dan tumbuh-tumbuhan berakar.

Yang mengejutkan adalah ternyata mereka menunjukkan kualitas kesehatan yang sangat baik meskipun mereka biasa mengonsumsi daging mentah. Walaupun yang disebut dengan daging pada masa prasejarah tentu berbeda dengan daging yang kita ketahui sekarang.

Pada saat itu, binatang-binatang bergerak bebas dan tidak pernah dikumpulkan dalam satu kandang sempit seperti terjadi di tempat-tempat peternakan. Dengan bebas bergerak seperti itu, membuat kandungan lemak yang terdapat di dalam tubuh binatang tersebut sangat sedikit karena otot-otot mereka terus berkembang. Selain itu, binatang yang hidup di alam bebas dan biasa memakan tanaman darat ternyata dagingnya hanya mengandung lemak sebesar 4%. Jumlah itu tentu sangat kecil jika dibandingkan dengan kandungan lemak pada daging binatang ternak saat ini, yang mencapai 25%!

Ada Apa dengan Kita?

Setidaknya, 55% dari makanan yang kita konsumsi saat ini merupakan hasil dari “bahan pangan jenis baru”. Contohnya : susu, produk-produk turunan susu, biji-bijian yang sudah diolah, gula, berbagai jenis bahan makanan pemanis buatan, lemak yang sudah dipisahkan dari sumbernya (mentega), dan lain-lain. Sementara itu, sekitar 28% dari makanan kita adalah daging yang mengandung lemak, daging ungags, ikan-ikanan, telur, dan binatang berkulit keras (udang, kepiting, dan lain-lain).

Hanya 17% saja dari makanan kita yang berupa kubis-kubis-kubisan, buah-buahan, sayur-sayuran, dan biji-bijian.

Untungnya, tubuh kita sangat mudah beradabtasi. Jika tidak, maka spesies manusia seperti kita sudah punah sejak lama. Sebab, makanan yang kita konsumsi sudah tidak sesuai dengan tubuh kita.

Akan tetapi, setiap proses adabtasi pasti memilki batas. Saat ini, selain konsumsi kalori kita jauh lebih sedikit dibanding yang dikonsumsi oleh nenek moyang kita, zat yang kita serap hampir seluruhnya tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh kita.

Ujung-ujungnya hanya suplemen makananlah yang dalam kondisi tertentu dapat memasok kkeurangan gizi dalam tubuh kita.

Apa yang Dapat Kita Lakukan?

Memang, kini manusia tidak lagi berburu Mamoth (gajah purba). Akan tetapi binatang yang diternak dalam lingkungan udara bersih (peternakan biologis/biofarming), jauh lebih dekat kualitasnya dengan binatang prasejarah jika ditilik dari struktur tubuhnya, daripada binatang yang diternak dalam peternakan-peternakan konvensional. Oleh sebab itu, berusahalah mengonsumsi daging dengan kuantitas yang sedikit, agar ia dapat memberi hasil yang lebih berkualitas.

0 Response to "Kembalilah Mengonsumsi Bahan Pangan Alami"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel