Berikan Hadiah Untuk Mendongkrak Motivasi Belajar Anak
Dalam buku L’etat du Monde Annuaire, Annuaire Economique Mondial, dilaporkan bahwa menjelang tahun 2000 sumber daya manusia Indonesia menduduki posisi 102 di dunia. Sedangkan Negara Vietnam, yang merdeka lebih akhir dibanding Indonesia, bahkan satu digit lebih baik daripada Indonesia, yaitu posisi 101. Kemudian, dalam buku The State of The World Atlas yang ditulis oleh Dan Smith (1999) dipaparkan bahwa sumber daya manusia Indonesia menempati peringkat 88 di dunia. Padahal, sumber daya manusia Turkimenistan yang baru merdeka pada tahun 1991 berada pada posisi 87. Melihat kenyataan tersebut, seharusnya kita malu. Meskipun demikian, kita harus optimis mampu meningkatkannya.
Baca juga : Mengenal 4 Fungsi dari Teori Belajar
Beberapa upaya yang diterbitkan pemerintah untuk melejitkan SDM Indonesia adalah merevisi kurikulum, mengeluarkan kebijakan baru dalam pendidikan, membentuk undang-undag pendidikan yang lebih merespons perkembangan, dan pro-aktif dengan kemajuan zaman.
Semua elemen pendidikan di negera kita, mulai tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi, harus bertanggung jawab untuk menuntaskan dan memperbaiki kualitas SDM bangsa. Sebagai implementasi dan kebijakan untuk meningkatkan mutu, dibentuklah berbagai program peningkatan kualitas guru, sekolah, bahan ajar, dan lain-lain.
Kualitas SDM pun tak luput dari mutu para pelajar. Kualitas peserta didik tidak hanya ditentukan oleh eksistensi sekolah atau kampus. Sebab, lebih dari separo waktu mereka dihabiskan di rumah bersama orang tua. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas SDM mereka juga ditentukan oleh peran Keluarga, terutama orang tua, dalam memberikan perhatian dan membangkitkan motivasi belajar mereka.
Pada umumnya, sekolah favorit, seperti sekolah yang berlabel unggul, akselerasi, plus, dan percontohan, menjadi sekolah berkualitas karena di sekolah itu berkumpul anak-anak yang bernas. Mereka para peserta didik, memiliki motivasi belajar yang tinggi. Lebih dari itu, kualitas mereka tidak hanya dipengaruhi oleh faktor sekolah, tetapi juga rumah.
Mereka berasal dari Keluarga dengan orang tua, kondisi, dan lingkungan yang selalu mendukung terciptanya suasana belajar yang kondusif, sehingga mereka memiliki motivasi belajar yang tinggi. Sementara itu, di sekolah-sekolah yang tidak berlabel favorit, dengan kualitas amburadul, berkumpul siswa-siswa yang sama miskin spirit belajar. Rendahnya motivasi belajar mereka disebabkan oleh faktor keluarga, dengan orang tua, kondisi, dan lingkungan yang tidak pernah memedulikan belajar.
Bila SDM Indonesia di dunia berada pada posisi bontot, dapat dikatakan bahwa jutaan orang tua yang belum berbuat banyak dalam meningkatkan motivasi belajar anak. Tidak perlu saling tuding dan menyalahkan. Lebih baik mencari solusinya. Ada beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk merangsang minat anak dalam belajar.
Misalnya memberikan penghargaan, pujian, dan hadiah. Jangan pernah melontarkan kata-kata yang dapat menurunkan semangat mereka. Respons positif dan memberikan penghargaan tentu akan menambah motivasi belajar anak. Orang tuan yang sudah terbiasa dengan mengahargai anak atas prestasi belajar dan bekerja mereka akan mampu melahirkan generasi yang memiliki harga diri dan motivasi belajar yang tinggi.
Karakter orang tua dan lingkungan yang berpotensi menghancurkan motivasi belajar anak adalah seperti kurang peduli dalam memenuhi fasilitas belajar mereka, terlalu kaku, keras, dan kasar dalam berkata-kata. Karakter yang lain adalah suka memaksakan kehendak kepada anak, terlalu berharap banyak, dan serba melarang serta memerintah.
Perilaku atau karakter orang tua yang sedemikian membuat anak akan merasa tertekan. Selain itu, anak belajar dalam kondisi tidak nyaman, dengan hati yang memendam kedongkolan.
Ada strategi lain yang biasa diterapkan oleh guru dan orang tua untuk memotivasi belajar anak, namun harus ditekankan bahwa cara ini keliru, yaitu mengondisikan anak saling bersaing untuk meraih nilai yang terbaik. Dapat dikatakan bahwa metode tersebut sama saja mengadu anak atau siswa. Parahnya, persaingan tersebut dapat menimbulkan pertentangan.
Kompetisi atau persaingan antara mereka berpotensi untuk memupuk amarah, iri hati, cemburu, dan perasaan ingin mengalahkan yang lain. Pada akhirnya, mengalahkan orang lain lebih penting daripada belajar dengan tekun dan sebaik-baiknya. Sebab, mereka tidak rela jika dikalahkan, sehingga memicu ambisi untuk mengalahkan orang lain. Karena itulah, anak akan menghalalkan segala cara demi meraih nilai paling tinggi.
Memotivasi anak untuk belajar dengan cara berkompetisi hanya merangsang siswa-siswa yang pandai. Namun, strategi itu akan menimbulkan sifat egois atau lebih mementingkan diri sendiri. Siswa yang pandai tidak mau membantu teman-teman mereka yang berkemampuan sedang dan kurang. Oleh karena itu, kompetisi ini akan menghilangkan atau paling tidak menghalangi berkembangnya interaksi sosial dalam diri siswa atau anak. Selain itu, berpengaruh buruk terhadap perkembangan pribadi peserta didik : mereka jadi sombong dan dengki.
Cara lain yang lebih efektif untuk meningkatkan motivasi belajar anak adalah dengan memberikan hadiah dan hukuman. Pemberian hadiah sebagai cara untuk memotivasi siswa dapat menjadi penguat tingkah laku. Anak-anak yang telah belajar dengan baik diberi hadiah oleh guru atau orang tua. Hadiah atau penghargaan tersebut bisa bersifat verbal maupun material.
Hadiah dalam bentuk verbal lebih baik daripada berupa benda atau angka. Namun, bagi orang tua yang bisa menyajikan sedikit uang, tidak ada masalah jika sesekali memberi anak-anak hadiah berupa materi atas prestasi mereka.
Hukuman sebagai alat untuk memotivasi belajar siswa lebih banyak memberikan pengaruh psikologis yang negatif dibandingkan motivasi yang ditimbulkannya. Sebab, hukuman dapat menimbulkan kecemasan, gangguan emosi, dan perasaan bersalah di dalam diri mereka. Mereka pun dibayangi oleh ketakutan. Meskipun hukuman tetap bisa meningkatkan motivasi belajar siswa, sayangnya, jika hukuman ditiadakan lagi, mereka akan berhenti belajar.
Menghukum, mengancam, dan mencela adalah ciri-ciri guru dan orang tua yang otoriter. Akibat buruk yang ditimbulkan adalah anak/siswa menjadi apatis, kehilangan minat belajar, mengerjakan kegiatan sesuai dengan yang diperintahkan, kurang memiliki inisiatif, kemandirian dalam belajar rendah, dan rasa percaya diri mereka tidak berkembang. Selanjutnya, sikap otoriter yang diterapkan oleh guru dan orang tua berpotensi mematikan kreativitas dan daya spontanitas anak, sehingga mereka tidak mampu mengambil keputusan.
Anak yang dibesarkan dalam suasana otoriter akan tumbuh menjadi orang yang agresif, berkarakter kasar, kurang ramah, dan kurang mampu bertegur sapa. Karena itulah, kini kita harus mempunyai paradigma baru dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan anak dan siswa. Jangan kita biarkan mereka tumbuh menjadi pribadi yang berkualitas hampa.
Menumbuhkembangkan motivasi belajar mereka adalah tugas kita sebagai guru atau orang tua. Sudah sepantasnya kita membuang sikap yang banyak mencela, mengancam, dan menerapkan karakter otoriter. Memberi mereka penghargaan atas karya dan prestasi kerja/belajar mereka merupakan salah satu cara yang tepat. Dengan cara ini, motivasi belajar mereka akan tetap tumbuh dan terpelihara.
0 Response to "Berikan Hadiah Untuk Mendongkrak Motivasi Belajar Anak"
Post a Comment